Bijak Bermedia Sosial di Internet

Betebaran konten berita yang tidak benar yang sering kita kenal dengan kata "hoaks", sangatlah meresahkan apalagi hal itu memang berkaitan dengan sesuatu yang kita suka, sehingga kita merasa tidak terima dengan isi berita yang dianggap berisi konten hoaks tersebut. Maka dari itu kali ini saya akan membahas unek-unek pribadi, bagaimana cara kita meminimalisir untuk menampung berita/konten yang berada di beranda ponsel kita khususnya saat bermedia sosial.

Bismilahirohmanirohim, semoga tulisan saya nantinya bermanfaat bagi semua pembaca blog sederhana ini. Bilamana pembaca ada yang merasa tidak cocok dengan tulisan saya, dipersilakan untuk melakukan tanya jawab pada kolom komentar dibawah. 

Baiklah, mari saya awali dengan salah satu contoh konten yang serasa hoaks atau yang tendesius mengarah demi keuntungan viralisasi, yang akhir-akhir ini heboh di dunia maya. Yaitu perihal memanggil arwah korban kecelakaan di jalan tol. Tentu Anda tahu bukan, tentang seorang artis yang tewas bersama suaminya kemarin. Nah saya pribadi menilai konten memanggil arwah tersebut memang memiliki bobot yang tidak patut ditayangkan untuk dikonsumsi publik, apalagi hal tersebut dilakukan saat banyak orang yang masih merasa berduka kehilangan apalagi konten tersebut berisikan tentang sesuatu yang belum bisa dibuktikan secara ilmiah sehingga bisa saya kategorikan konten video tersebut hoaks. Saya pribadi bahkan mungkin mayoritas netizen juga merasa geram dengan konten tersebut apalagi banyak media besar yang juga ikut mengulas soal video kontroversial itu. Namun saya mencoba untuk bereaksi sewajarnya, yaitu cukup tahu saja.

Permasalahan video kontroversial diatas hanyalah salah satu contoh produk internet yang bisa membuat kinerja otak kita lebih berat apabila kita terlalu serius menanggapi hal tersebut, salah satu contoh kecil saja yaitu kita ikut menulis komentar marah-marah sebagai luapan emosi kita terhadap pemberitaan itu dimedia sosial. 

Nah, belum lagi konten-konten kontroversi lain setiap harinya, yang mampu menggiring para pembacanya untuk bertindak "ugal-ugalan" hanya dengan membubuhkan sebuah judul heboh disetiap artikelnya namun tidak sesuai dengan yang diberitakan, kita sering sebut konten klikbait. Ya benar, demi penggiringan opini pembacanya, biasanya "judul klikbait" seringkali terjadi pada konten yang berlabel soal sosial & politik, karena menurut saya hal tersebut sangat mudah mempengaruhi para pembacanya untuk melakukan debat panas antar pembaca pada kolom komentar artikel kontroversial itu.

Untuk semua hal tersebut diatas, saya akan mengulas cara-cara untuk meminimalisir agar kita tidak sampai terjerumus/terpengaruh terlalu serius dalam menanggapi setiap pemberitaan apapun itu di internet sehingga membuat kinerja otak kita "memanas". Berikut beberapa hal tersebut.

Pertama, kurangi waktu kita bermedia sosial di internet.

Kedua, kurangi membaca artikel yang tidak menguntungkan.

Ketiga, tidak perlu penasaran dengan judul artikel.

Keempat, mencoba membagi ketertarikan yang lain di internet.

Kelima, selalu berpikir positif dalam bersosialisasi di internet.

Nah dari kelima hal tersebut diatas, menurut saya hal pertama yang paling sulit dilakukan tapi apa bisa? Tentu saja bisa, begini saya melakukannya, meskipun butuh waktu dan tekad.

Cerita ini berawal saat saya baru kenal internet, rasa penasaran tentang ini itu semuanya tertuang dan membuat berinternet serasa candu, khususnya bermedia sosial facebook waktu itu. Saat itu facebook populer dengan game onlinenya, serasa waktu seakan-akan berjalan dengan cepatnya, kecanduan game online lupa makan jarang mandi, memang menyedihkan. Pikir punya pikir akhirnya saya menyadari kalau itu salah, akhirnya aku mencoba media sosial lainnya yaitu twitter. seperti yang tertuang pada cara yang keempat diatas, membagi ketertarikan yang lain. Dari sinilah aku akhirnya bisa lepas total dari kecanduan game online facebook, meskipun hal itu sangat sulit dan butuh waktu.

Nah di twitter, saya punya hobi baru yaitu mengejar jumlah follower dan berinteraksi secara bebas yang berbanding terbalik saat difacebook, yang log aktivitas kita saat itu bisa tersorot teman dan keluarga kita. Kalau ditwitter kita bisa bebas menuangkan tanggapan/komentar-komentar tanpa harus diketahui orang terdekat. Sampai akhirnya seiring berjalannya waktu aku bisa lepas dari facebook total, bahkan sampai aku hapus akunnya, meskipun akhirnya dibuat kembali hanya untuk sekedar punya. Nah bermedia sosial twitter inilah, saya bisa mengurangi jam tayang berinternet, bahkan bisa lepas total dari facebook yang merupakan momok candu bagi saya saat itu, hingga seiring populernya WhatsApp, jam tayang bermedia sosial saya jauh berkurang. Bahkan sampai saat ini saya tidak tertarik sama sekali dengan media sosial baru yang "mirip facebook".

Jadi inti dari cerita saya diatas adalah kuatkan tekad untuk lepas dari salah satu candu bermedia sosial di internet dan tidak perlu merasa sayang, pelan pelan tapi pasti dan kita bisa. Cukup login sesekali untuk mengecek notifikasi serta kabar terbaru beberapa menit dan berpikir itu hanyalah sebuah SMS pada jamannya.😃 Sekian uraian singkat dari saya tentang bagaimana cara bereaksi bermedia sosial tentang maraknya konten kontroversial selama ini.

Komentar