Diperkosa! Salah Siapa?

Beberapa waktu lalu dihebohkan dengan "guyonan" hakim Daming Sunusi yang menyebut dalam kasus perkosaan adalah sama sama menikmati. Saya pribadi mengetahui hal tersebut melalui twitter, dan langsung mengutuk keras pendapat hakim itu.

Dalam kasus perkosaan yang akhir akhir ini marak terjadi, saya berharap hukum dan para penegak hukum tersebut harus bersinergi dengan baik untuk bisa melindungi hak-hak perempuan agar lebih sejajar dengan pria, khususnya kasus kasus yang telah menimpa mereka dan seakan akan perempuan hanyalah sosok lemah yang mudah dipermainkan. Untuk itu saya mengajak para pembaca untuk bisa menghargai perempuan laksana ibu kandung kalian.

Dalam kasus pemerkosaan, RI ( bocah cilik asal jakarta ) adalah salah satu korban yang telah meninggal yang diakibatkan  tindak tak bermoral ini. Saya sangat prihatin dengan peristiwa tersebut, namun peristiwa-peristiwa seperti seharusnya sudah final dan tidak akan terjadi kembali bilamana ada perhatian khusus dari lingkungan keluarga khususnya dan masyarakat. Beberapa hari setelah pemberitaan RI, kasus kasus serupa masih terjadi dan selalu mayoritas korbannya adalah perempuan dibawah umur. Jadi Apakah sosialisasi dari media masih belum mampu menyadarkan masyarakat indonesia, bahwasannya bahaya perkosaan yang akan menimpa anak anak sangat mungkin terjadi bilamana tidak ada perhatian lebih untuk mereka.

Media masa baik telivisi maupun cetak elektronik telah membombardir pemberitaan untuk sadar akan bahaya yang sewaktu waktu bisa menimpa anak-anak, bilamana hal tersebut belum bisa membuat para orang tua lebih waspada, seharusnya pemerintah harus berperan aktif untuk sosialisasi baik melalui media informasi maupun penggalakan pengajaran moral di sekolah.

Manusiawi! Benar libido syahwat berifat manusiawi bilamana dilihat dari sisi biologis dan sesuai dengan aturan negara, namun apabila hal tersebut disertai pemaksaan seperti dalam kasus kasus pemerkosaan, itu tidaklah bisa dikatakan manusiawi.

Anak-anak dan perempuan adalah sasaran empuk untuk dijadikan korban perilaku bejat, bilamana kurang waspada akan hal ini para orang tua bisa kecolongan kembali diwaktu mendatang. Dan bilamana hal seperti yang menimpa RI terjadi kembali, siapa yang harus disalahkan?

Selain si pelaku, haruskah kita menyalahkan undang undang, Orang tua, atau bahkan guru yang mengajar sekolah? Bagaimana menurut Anda sebagai pengamat media yang telah mengkonsumsi pemberitaan-pemberitaan seperti ini?

Komentar