Duka dalam Tradisi menjadi seorang TKI

Kalau berbicara soal pekerjaan, saya sendiri hanya seorang kuli. Tapi biarpun gitu saya tetap saja tak ingin menjadi TKI untuk bekerja ke luar negeri, toh disana tidak ada jaminan kalau kita bisa lebih sejahtera daripada disini, pikir saya. Kata orang sih, ya dicoba dulu, kalau dipancung kepalanya apa perlu dicoba toh mbak. hmmm .. maaf hanya sekilas gumam saya mengapa saya tidak merekomendasikan keluarga maupun kenalan untuk menjadi seorang TKI. Alasannya ya simpel, kayak diatas.

Di dalam pemberitaan televisi ( Metro-lah ) sering menampilkan kisah kisah pilu para tenaga kerja Indonesia, seperti disiksa, tidak digaji, bermasalah dan dipenjara seumur hidup bahkan hukuman mati, parahnya lagi sudah dipancung pemerintah lemot menanggapinya. Parah ya Arab Saudi, main pancung kepala warga asing. Maklumlah namanya juga TKI ya disana hanya dianggap sebagai budak, toh nyawa tidaklah berharga.

Bicara soal duka dalam tradisi menjadi TKI, setiap TKI memiliki cerita yang bermacam-macam khususnya tenaga kerja Wanita. Dan berikut adalah sekilas "Tradisi & Duka Menjadi TKI Dan Pemerasan Petugas BNP2TKI" versi salah satu kultwit chirpstory :



Dari runtutan kultwit cerita diatas, sisi ekonomi dan tradisi merupakan alasan seseorang menjadi seorang TKI. Alasan seseorang bisa menghayal sukses diluar negeri. Alasan seseorang bermimpi bisa merubah nasibnya daripada didaerah. Meski tidak dipungkiri tidak semua TKI itu menderita, namun sangat dipercaya sebagian besar mengalami penderitaan pemerasan para Pungli-pungli seperti calo-calo TKI. Modus pungli maupun pemerasan TKI merupakan berita yang sudah umum dimata para mantan TKI. Karena memang hal-hal seperti itulah yang melengkapi penderitaan para TKI dari sebelum berangkat hingga pulang menjadi TKI.

Apabila kita secara seksama membaca ulasan kultwit diatas, betapa mirisnya perjalanan hidup para wanita menjadi TKI diluar negeri.

Saya tidak melarang Anda menjadi TKI tapi saya tidak merekomendasikan Anda menjadi TKI.

Komentar